Cinta,
cinta, dan cinta. Semua kalangan masyarakat
sering membicarakan tentang hal ini. Dilihat dari sudut pandang manapun memang cinta
ini adalah suci, cinta ini putih, cinta itu berkaitan erat dengan kebahagiaan. Identik
dengan tawaan, candaan, penuh keceriaan terkadang hingga membuat iri orang yang
melihatnya.Tapi, mari kita lihat beberapa tahun belakangan ini semua yang
berkedok cinta selalu memporak-porakkan tatanan dunia yang ada. Kehamilan di
luar nikah, aborsi, korupsi segalanya diatasnamakan cinta awalnya yang berujungan
derita. Banyak muda mudi yang kurang paham artinya memahami perempuan, seperti kehamilan
diluar nikah lalu aborsi. Apabila seorang pria tahu dan mengerti cara memperlakukan
si wanita tentukah tidak akan berujung duka yang mendalam. Ingin tahu cara memperlakukan
wanita dengan baik dan benar? Banyak referensi buku yang mengulas masalah ini,
hanya saja saya ingin menyatukan pendapat berbagai penulis dengan fikiran saya sendiri.
Tentu apabila si pria sudah merasa ada rasa getir-getir cinta atau yang biasa kita
sebut virus merah jambu wajiblah pria tersebut memandang dirinya apakah sudah pantas
untuk mengatakan apabila dia memang jatuh cinta terhadap si doi.
Upsss… tentu bukan dengan cara populer anak-anak muda jaman
sekarang yang kita sebut dengan “nembak”, hal ini secara tidak langsung akan merendahkan
martabat si wanita itu sendiri. Lalu saya harus bagaimana (berfikir dalam hati),
datangi walinya. Itu adalah pria, cara pria gentleman dalam mengungkapkan rasa
cinta sekaligus mengagungkan si wanita itu sendiri. Semua orang setidaknya harus
mulai berfikir tentang hal ini, karena apa, dikeluarga kita sendiri kita memiliki
seorang wanita yang selalu kita hormati dan tentu kita ingin membahagiakannya. Pasti
semua tau siapa yang saya maksud? Tentu ibu. Coba bayang kanapa bila wanita tersebut
dihinakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, sakitka hkita? Marahkah
kita?. Hal itu pula yang terjadi saat kita para pria melakukan modus “nembak”
tanpa ke walinya.
Tentulah cinta tidak selalu berakhir buruk. Apabila memang
kita belum siap menemui walinya, kita bisa menyalurkan rasa cinta yang
menggebu-gebu itu ke aktivitas yang lain seperti menulis, lebih mencintai orang
tua serta adik, atau hal-hal yang positif yang lain. Ada sebuah cerita menarik
yang saya ambil dari buku Bidadari-Bidadari
Surga. Rasa cinta kak Laisa yang teramat besar kepada ke-4 adiknya meski bukan
adik kandungnya. Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, serta Yashinta itulah mesin yang
slalu menggerakkan tubuh kak Laisa tuk selalu bekerja keras tanpa lelah tersengat
panas. Siang malam hanya memikirkan kerja, kerja, kerja dan selalu mematrikan
kata-kata kerja keras kefikiran adik-adiknya. Kak Laisa rela berkorban tenaga,
fikiran, jiwa, bahkan nyawa sekaligus beliau persembahkan untuk ke-4 adiknya. Sebuah
rasa cinta yang dibalut dengan sebuah kinerja keras tentulah akan menghasilkan sebuah
hal yang tidak bisa kita bayangkan. Sayatan hati puluhan tahun membuahkan hasil
yang tak terkira, Dalimunte berhasil menjadi professor termuda, Ikanuri dan Wibisana
berhasil mendirikan bengkel spare-part mobil
Ekspor pertama di pulaunya, Yashinta yang berhasil menyeleseikan S-2 nya di Germany. Sungguh luar biasa cerita
ini, sangat menggetarkan hati bahwa cinta memang slalu berikatan dengan kebahagiaan
tinggal bagaimana kita bersabar dan bagaimana kita bersikap saat datangnya cinta
tersebut. anan
No comments:
Post a Comment