Sunday, 9 June 2013

Jatuh Cinta itu boleh, tapi ….



Cinta, cinta, dan cinta. Semua kalangan masyarakat sering membicarakan tentang hal ini. Dilihat dari sudut pandang manapun memang cinta ini adalah suci, cinta ini putih, cinta itu berkaitan erat dengan kebahagiaan. Identik dengan tawaan, candaan, penuh keceriaan terkadang hingga membuat iri orang yang melihatnya.Tapi, mari kita lihat beberapa tahun belakangan ini semua yang berkedok cinta selalu memporak-porakkan tatanan dunia yang ada. Kehamilan di luar nikah, aborsi, korupsi segalanya diatasnamakan cinta awalnya yang berujungan derita. Banyak muda mudi yang kurang paham artinya memahami perempuan, seperti kehamilan diluar nikah lalu aborsi. Apabila seorang pria tahu dan mengerti cara memperlakukan si wanita tentukah tidak akan berujung duka yang mendalam. Ingin tahu cara memperlakukan wanita dengan baik dan benar? Banyak referensi buku yang mengulas masalah ini, hanya saja saya ingin menyatukan pendapat berbagai penulis dengan fikiran saya sendiri. Tentu apabila si pria sudah merasa ada rasa getir-getir cinta atau yang biasa kita sebut virus merah jambu wajiblah pria tersebut memandang dirinya apakah sudah pantas untuk mengatakan apabila dia memang jatuh cinta terhadap si doi.
Upsss… tentu bukan dengan cara populer anak-anak muda jaman sekarang yang kita sebut dengan “nembak”, hal ini secara tidak langsung akan merendahkan martabat si wanita itu sendiri. Lalu saya harus bagaimana (berfikir dalam hati), datangi walinya. Itu adalah pria, cara pria gentleman dalam mengungkapkan rasa cinta sekaligus mengagungkan si wanita itu sendiri. Semua orang setidaknya harus mulai berfikir tentang hal ini, karena apa, dikeluarga kita sendiri kita memiliki seorang wanita yang selalu kita hormati dan tentu kita ingin membahagiakannya. Pasti semua tau siapa yang saya maksud? Tentu ibu. Coba bayang kanapa bila wanita tersebut dihinakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, sakitka hkita? Marahkah kita?. Hal itu pula yang terjadi saat kita para pria melakukan modus “nembak” tanpa ke walinya.
Tentulah cinta tidak selalu berakhir buruk. Apabila memang kita belum siap menemui walinya, kita bisa menyalurkan rasa cinta yang menggebu-gebu itu ke aktivitas yang lain seperti menulis, lebih mencintai orang tua serta adik, atau hal-hal yang positif yang lain. Ada sebuah cerita menarik yang saya ambil dari buku Bidadari-Bidadari Surga. Rasa cinta kak Laisa yang teramat besar kepada ke-4 adiknya meski bukan adik kandungnya. Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, serta Yashinta itulah mesin yang slalu menggerakkan tubuh kak Laisa tuk selalu bekerja keras tanpa lelah tersengat panas. Siang malam hanya memikirkan kerja, kerja, kerja dan selalu mematrikan kata-kata kerja keras kefikiran adik-adiknya. Kak Laisa rela berkorban tenaga, fikiran, jiwa, bahkan nyawa sekaligus beliau persembahkan untuk ke-4 adiknya. Sebuah rasa cinta yang dibalut dengan sebuah kinerja keras tentulah akan menghasilkan sebuah hal yang tidak bisa kita bayangkan. Sayatan hati puluhan tahun membuahkan hasil yang tak terkira, Dalimunte berhasil menjadi professor termuda, Ikanuri dan Wibisana berhasil mendirikan bengkel spare-part mobil Ekspor pertama di pulaunya, Yashinta yang berhasil menyeleseikan   S-2 nya di Germany. Sungguh luar biasa cerita ini, sangat menggetarkan hati bahwa cinta memang slalu berikatan dengan kebahagiaan tinggal bagaimana kita bersabar dan bagaimana kita bersikap saat datangnya cinta tersebut. anan

No comments: