PENDAHULUAN
Setiap
makhluk hidup membutuhkan bebas untuk kelangsungan hidupnya. Energi bebas
tersebut diperoleh dari berbagai sumber. Makhluk tingkat tinggi memperoleh
energi dari peristiwa oksidasi senyawa karbon.
A.
Pengertian Metabolisme
Metabolisme
adalah serangkaian reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup.
Metabolisme dibedakan atas:
1.
Anabolisme(sintesis, membutuhkan energi)
Bertujuan
untuk membentuk senyawa-senyawa dari prekursor sederhana.
Seperti:
·
Jalur sintesis porfirin
·
Jalur HMG-CoA
reduktase, mengawali pembentukan kolesterol
dan isoprenoid.
·
Metabolisme sekunder,
jalur-jalur metabolisme yang tidak esensial bagi pertumbuhan,
perkembangan, maupun reproduksi, namun biasanya berfungsi secara ekologis, misalnya
pembentukan alkaloid dan terpenoid.
perkembangan, maupun reproduksi, namun biasanya berfungsi secara ekologis, misalnya
pembentukan alkaloid dan terpenoid.
2.
Katabolisme (oksidasi, menghasilkan energi).
Bertujuan untuk
menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa sederhana. Seperti:
·
Respirasi sel, jalur metabolisme yang menghasilkan
energi (dalam bentuk ATP dan NADPH)
dari molekul-molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak, dan protein). Jalur-jalur metabolisme
respirasi sel juga terlibat dalam pencernaan makanan. Contoh:
dari molekul-molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak, dan protein). Jalur-jalur metabolisme
respirasi sel juga terlibat dalam pencernaan makanan. Contoh:
§
Katabolisme karbohidrat
- Glikogenolisis, pengubahan glikogen menjadi glukosa.
- Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa membutuhkan oksigen
- Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH dari glukosa.
§
Katabolisme protein : hidrolisis
protein menjadi asam amino.
Secara kimia,
oksidasi adalah pengurangan elektron, sedangkan reduksi adalah penambahan
elektron. Zat yang memberi elektron disebut oksidator (donor) dan zat yang
menerima elektron disebut reduktor. Beberapa vitamin dapat bersifat sebagai
reduktor, sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan. Vitamin C merupakan
salah satu vitamin yang memiliki sifat mudah teroksidasi, sehingga dapat
melindungi dari pengaruh oksidasi udara
Semua proses
metabolisme bersifat intermediet yaitu pengubahan suatu zat menjadi yang lain biasanya menyangkut tahap-tahap berurutan yang zat-zat kimianya adalah jelas
dan dapat dikenali, atau intermediat adalah pereaksi dan zat hasil. Sifat
intermediet dari metabolisme memungkinkannya bagi beberapa zat sederhana
bekerja sebagai pelopor untuk semua kebutuhan kimia suatu sel.
A. Oksidasi Biologis
Molekul oksigen dengan sendirinya tidak mampu mengoksidasi dan telah terbukti dalam banyak percobaan. Sebagai contoh: hipoksantin dalam
kontak dengan ekstrak hati mudah teroksidasi menjadi xantin dalam kehadiran
oksigen, namun dengan tidak adanya enzim dari hati, molekul oksigen tidak
memiliki efek seperti itu. Bahkan, hipoksantin dapat direbus dengan asam nitrat
tanpa ada perubahan yang cukup. Hati mengandung enzim xanthine oxidase, yang
memungkinkan oksigen untuk melaksanakan oksidasi.Jadi jaringan mengandung
oksidase dapat segera ditampilkan dalam eksperimen yang sederhana pada larutan
guaiac dengan ekstrak air kentang. Guaiac mengandung turunan fenolik yang
ketika teroksidasi, perubahan warna biru (guaiac biru). Warna biru sangat mudah
diperoleh ketika ekstrak jaringan dan solusi guaiac dicampur dengan kehadiran oksigen.
B. Enzim dan Koenzim yang Berperan dalam Oksidasi-Reduksi
Semua enzim yang berhubungan dengan proses oksidatif
dinamakan oksidoreduktase. Dalam hal berikut, mereka dibagi menjadi 5 golongan,
yaitu:
1. Oksidase:
Enzim-enzim yang mengkatalisis pelepasan
hydrogen dari substrat tetapi hanya mempegunakan oksigen sebagai akseptor
hydrogen. Oksidase mengandung tembaga dan membentuk air sebagai hasil reaksinya
(dengan pengecualian urikase dan monoamine oksidase yang membentuk H2O2)
2. Aerobik dehidroginase:
Enzim-enzim yang mengkatalisis pelepasan
hydrogen dari substrat, tetapi berbeda dengan oksidase, dapat memakai baik
oksigen maupun zat buatan, seperti biru metilen, sebagai akseptor hydrogen.
Yang khas dari dehydrogenase ini adalah flavoprotein. Sebagai hasil dibentuk
hydrogen peroksida dan bukan air.
3. Anaerobik dehydrogenase:
Enzim-enzim yang mengkatalisis pelepasan
hydrogen dari substrat, tetapi tidak dapat memakai oksigen sebagai akseptor
hydrogen. Terdapat banyak enzim dalam kelas ini. Mereka melakukan dua fungsi
utama:
a. Transfer hydrogen dari satu substrat ke substrat lain dalam reaksi
kopeling oksidasi reduksi yang tidak mempergunakan rantai pernapasan.
b.
Sebagai komponen rantai pernapasan untuk transport electron dari substrat
keoksigen.
4. Hidroperoksidase:
Enzim-enzim yang mempergunakan hydrogen peroksidase bagai substrat. Dua enzim
termasuk dalam golongan ini: peroksidase, terdapat dalam susu dan tumbuh-tumbuhan,
leukosit dan eritrosit; dan katalase terdapat pada hewan dan tumbuh-tumbuhan.
5. Oksigenase:
Enzim-enzim yang mengkatalisis transfer langsung dan penggabungan oksigen ke
dalam molekul substrat.
C. Pengertian Vitamin
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot
molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme yang tidak
tergantung faktor lingkungan kecuali udara. Vitamin tidak digunakan sebagai
unit pembangun struktur tubuh organisme, tetapi sangat penting untuk
transformasi energi dan pengaturan metabolisme tubuh. Dipandang dari sisi kerja
enzim, vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim. Sebagai
salah satu komponen gizi, vitamin diperlukan mempelancar proses metabolisme tubuh
dan tidak berfungsi menghasilkan energi. Vitamin terlibat dalam proses enzimatik.
Tubuh memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan yang
sedikit itu diabaikan, akan mengakibatkan terganggunya metabolisme di dalam tubuh
kita karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Vitamin dibagi berdasarkan
kelarutannya, yaitu vitamin larut dalam air ( vitamin C dan semua golongan
vitamin B ) dan vitamin larut dalam minyak ( vitamin A,D,E, dan K ).
Beberapa vitamin dapat bersifat sebagai reduktor, yang
dapat digunakan untuk mencegah terjadinya oksidasi pada zat lain atau sebagai antioksidan.
Vitamin yang dapat bersifat sebagai antioksidan adalah vitamin yang dapat
memberikan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas
tersebut dapat diredam atau tidak mudah teroksidasi oleh udara, contohnya adalah
vitamin C ( asam askorbat ) dan vitamin E ( α-tokoferol ). Fungsi utama antioksidan
digunakansebagai upaya untuk memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam
makanan, dan meghambat proses aging atau penuaan.
Pada saat ini, asam askorbat dan α-tokoferol banyak
digunakan sebagai senyawa pelindung terbentuknya nitrosamine dari nitrit dan
precursor amin. Dalam hal ini α-tokoferol
bereaksi dengan nitrit membentuk senyawa yang identik dengan senyawa yang
dihasilkan oleh oksidasi udara.
D. Antioksidan
Antioksidan
merupakan zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Yang
termasuk ke dalam golongan zat ini antara lain vitamin, polipenol, karoten dan
mineral. Antioksidan melakukan semua itu dengan cara menekan kerusakan sel yang
terjadi akibat proses oksidasi radikal bebas. Secara umum, antioksidan dikelompokkan
menjadi 2 yaitu antioksidan enzimatis dan antioksidan non enzimatis yang berupa
mikronitrien. Antioksidan enzimatis dapat dibentuk dalam tubuh, seperti
dismutase (SOD), glutation peroksida, dan katalase. Mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau
menghambat oksidasi zat yang mudah teroksidasi
meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan juga sesuai didefinisikan
sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika
berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal
lainnya.
Radikal bebas adalah spesies yang tidak
stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan
elektron dalam makromolekul biologi. Protein lipida dan DNA dari sel
manusia yang sehat merupakan sumber pasangan elektron yang baik. Kondisi
oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein dan DNA, kanker, penuaan, dan penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan
sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa
golongan tersebut banyak terdapat dialam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan
memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Antioksidan yang banyak
ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.
Penggolongan Antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya:
Berdasarkan mekanisme
kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi antioksidan primer yang dapat bereaksi dengan
radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk yang stabil , dan antioksidan sekunder atau antioksidan preventif
yang dapat mengurangi laju awal reaksi rantai serta antioksidan tersier. Mekanisme kerja antioksidan
selular antara lain, antioksidan yang berinteraksi langsung dengan oksidan, radikal bebas, atau oksigen tunggal; mencegah
pembentukan jenis oksigen reaktif; mengubah jenis oksigen rekatif menjadi
kurang toksik; mencegah kemampuan oksigen reaktif; dan memperbaiki
kerusakan yang timbul.
ü Antioksidan primer
Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan
radikal bebas baru dengan memutus reaksi
berantai dan mengubahnya menjadi produk
yang lebih stabil. Contoh antioksidan primer, ialah enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, dan glutation
dimustase.
ü Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder berfungsi
menangkap senyawa radikal serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh
antioksidan sekunder diantaranya yaitu vitamin E, Vitamin C, dan β-karoten.
ü Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan
jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Contohnya yaitu enzim yang
memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase.
Berdasarkan
fungsinya, antioksidan dapat dibagi menjadi :
a. Tipe pemutus rantai reaksi pembentuk radikal bebas, dengan
menyumbangkan atom H, misalnya vitamin E
b. Tipe pereduksi, dengan mentransfer atom H
atau oksigen, atau bersifat pemulung, misalnya vitamin C
c. Tipe pengikat logam, mampu mengikat zat
peroksidan, seperti Fe2+ dan Cu2+, misalnya flavonoid
d. Antioksidan sekunder, mampu mendekomposisi
hidroperoksida menjadi bentuk stabil, pada manusia dikenal SOD, katalase, glutation peroksidase.
Vitamin
C (Asam Askorbat)
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut
dalam air . Vitamin ini juga
dikenal dengan nama kimia
dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin
C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu
menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain
sangat mudah teroksidasi oleh panas,
cahaya, dan logam
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik
dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Vitamin C
juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu
menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat keadaan
pecah-pecah di lidah scorbut, baik di
mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan lepas,
perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. Di samping itu, asam askorbat juga
berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti kolestrol
tinggi, sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
Vitamin C juga berperan
penting dalam sintesis neurotransmitter, norepinefrin. Neurotransmiter sangat
penting untuk fungsi otak dan diketahui mempengaruhi suasana hati. Selain itu,
vitamin C diperlukan untuk sintesis carnitine, sebuah molekul kecil yang sangat
penting untuk transportasi lemak untuk konversi menjadi energi. Fungsi Vitamin
C selanjutnya adalah, membantu metabolisme kolesterol menjadi asam empedu, yang
mungkin memiliki implikasi untuk tingkat kolesterol darah dan timbulnya batu
empedu. Bahkan dalam jumlah kecil, vitamin C dapat melindungi
molekul penting, seperti protein, lipid (lemak), karbohidrat, dan asam nukleat
(DNA dan RNA) dari kerusakan yang diakibatkan radikal bebas, racun, ataupun
polusi.
Vitamin C sangat sensitive terhadap
pemanasan, bahkan pemanasan yang tergolong ringan (sedikit diatas suhu kamar).
Vitamin C juga sensitive terhadap sinar, senyawa oksidator seperti: yodium,
hydrogen peroksida, dan logam. Vitamin C mudah teroksidasi, terutama bila
terlarut dalam suatu pelarut (air misalnya). Vitamin C teroksidasi dalam
larutan oleh oksigen, dengan memberikan 2 elektron pada senyawa oksidator. Asam askorbat
merupakan reduktor yang kuat dan mampu bertindak sebagai oksigen scavenger,
sehingga akan mencegah terjadinya oksidasi enzimatis senyawa-senyawa fenol.
Penggunaan asam mampu menginaktivasi enzim, karena pH bahan akan diturunkan
hingga dibawah 5,0. Vitamin C
dapat hilang karena hal-hal seperti:
a. Pemanasan,
yang menyebabkan rusak atau berbahayanya struktur
b. Pencucian
sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu
c. Adanya
alkali atau suasana basa selama pengolahan
d. Membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi
oksidasi yang tidak reversible. Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat
mengurangi kadar vitamin C.
Sebagai zat penyapu radikal bebas, vitamin C dapat langsung bereaksi dengan
anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan lipid peroksida.
Sebagai reduktor asam askorbat akan mendonorkan satu elektron membentuk
semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami
reaksi disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil.
Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat. Oleh
karena kemampuan vitamin C sebagai penghambat radikal bebas, maka peranannya
sangat penting dalam menjaga integritas membran sel.
Vitamin E ( α-tokoferol )
Vitamin E adalah nama umum
untuk dua kelas molekul (tocopherol dan tocotrienol) yang memiliki aktivitas vitamin E dalam nutrisi. Tocopherol
tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak seperti minyak, lemak, alkohol, aseton, eter dan sebagainya. Karena tidak larut
dalam air, vitamin E dalam tubuh hanya dapat dicerna dengan bantuan empedu hati, sebagai pengelmulsi minyak saat
melalui duodenum. Kelarutannya dalam lemak merupakan sifat yang menguntungkan
karena sebagian besar kerusakan akibat radikal bebas terjadi di dalam membran
sel dan lipoprotein yang terbuat dari molekul
lemak.Vitamin E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila pemanasan terlalu
tinggi. Vitamin E bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh oleh asam pada suhu 100o C. Bila
terkena oksigen di udara, akan teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan bila terkena cahaya
warnanya akan menjadi gelap secara bertahap.
Secara umum, vitamin E
memiliki fungsi utama sebagai antioksidan alami untuk membuang radikal bebas
yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini dikarenakan adanya kandungan alfa-tokoferol
aktif yang dapat diregenerasi dengan vitamin C sehingga dapat menghambat
oksidasi rakdikal bebas peroksi dan vitamin E akan memutus berbagai reaksi rantai
radikal bebas karena kemampuannya memindahkan atau menyumbangkan hidrogen
fenolat kepada radikal bebas peroksil yang terperoksidasi, sehingga radikal
bebas peroksil menjadi tidak reaktif.
Stabilitas kimia vitamin E
mudah berubah akibat pengaruh berbagai zat alami. Minyak tak jenuh, seperti
minyak hati ikan cod, minyak jagung, minyak kacang kedele, minyak biji bunga
matahari, semuanya mempertinggi kebutuhan vitamin E. Hal ini terjadi jika
minyak-minyak tersebut mengalami ketengikan oksidatif dalam makanan.. Garam-garam besi,
seperti feriklorida, kalium ferrisianida bersifat mengoksidasi tokoferol.
Fungsi utama vitamin E
di dalam tubuh adalah sebagai antioksidan alami yang mambuang radikal bebas dan
molekul oksigen. Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah
peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Vitamin E dan C berhubungan dengan
efektifitas antioksidan masing-masing. Alfa-tokoferol yang aktif dapat
diregenerasi dengan adanya interaksi dengan vitamin C yang menghambat oksidasi
radikal bebas peroksi. Alternatif lain, alfa tokoferol dapat membuang dua
radikal bebas peroksi dan mengkonjugasinya menjadi glukuronat ketika ekskresi
di ginjal.
Sebagai antioksidan, vitamin E berfungsi melindungi
senyawa-senyawa yang mudah teroksidasi, antara lain ikatan rangkap dua pada UFA
(Unsaturated Fatty Acid), DNA dan RNA dan ikatan atau gugus – SH (sulfhidril)
pada protein. Apabila senyawa-senyawa tersebut teroksidasi, maka akan terbentuk
”radikal bebas”, yang merupakan hasil proses peroksidasi. Radikal bebas yang
terjadi akan mengoksidasi senyawa-senyawa protein, DNA, RNA dan UFA. Vitamin E
akan bertindak sebagai reduktor dan menangkap radikal bebas tersebut. Vitamin E
dalam hal ini berperan sebagai scavenger. Scavenger yang lain selain vitamin E
adalah vitamin C, enzim glutation reduktase, desmutase dan perosidase, yang
bersifat larut dalam air. Scavenger yang larut
dalam lemak adalah vitamin E dan ß-karoten.
Urutan aktivitas antioksidan dalam sistem
lipida dari tokoferol adalah δ-tokoferol > γ-tokoferol > α-tokoferol. α-tokoferol merupakan homolog
tokoferol yang mempunyai aktivitas vitamin E paling tinggi. Sedangkan aktivitas
antioksidan tokoferol secara in vivo adalah α-tokoferol > β-tokoferol
> γ-tokoferol > δ-tokoferol.
Fenol
Senyawa fenol (C6H3OH) atau
hidroksi benzena atau karbonat termasuk asam lemak (pH 9,9), senyawa organik
dengan gugus OH-, sistem cincin benzena atau aromatik kompleks,
sangat peka terhadap oksidasi enzim fenolase. Titik leleh dan titik
didih berturut-turut 41,8 – 42oC dan 182 – 183oC.
Bersifat mudah larut dalam air. Terdapat 592 jenis turunan fenol. Semua senyawa
fenol berupa senyawa aromatik sehingga semuanya menunjukkan serapan kuat daerah
spektrum ultra violet. Fenol terdapat pada dinding sel, apabila sel rusak,
fenol akan bereaksi dengan oksigen, lalu membentuk melanoidin berwarna coklat.
Senyawa fenol diduga berasal dari metabolisme asam
amino aromatik sehingga termasuk produk sekunder. Setelah pelukaan, terbentuk
polifenol oksidase (PPO), kemudian reaksi pencoklatan terbentuk, karena PPO
akan bebas dari fenol dan membentuk oquinon. Kadar fenol yang
terbentuk ini akan semakin tinggi pada jaringan yang dekat di daerah luka dan
berangsur-angsur berkurang ke bagian dalam.
Senyawa polifenol dan fenolat terbentuk dimulai dari
proses fotosintesa melalui terbentuknya karbohidrat yang melalui jalur asam
shikimat terjadi fenilalanin dan tirosin. Dari bentuk fenilalanin dan tirosin
satu bagian jalur akan terbentuk golongan fenilpropanoid. Asam sinamat merupakan senyawa kunci terbentuknya berbagai fenolat lain.
Karakteristik Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat
kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH
dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.
Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang
berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air,
yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat
melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut
menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam
air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol
bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH,
di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol
alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu.Pelepasan ini diakibatkan
pelengkapan orbital antara satusatunya pasangan oksigen dan sistem aromatik,
yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan
anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzene atau asam
benzoat dengan proses Raschig.
Polifenol Oksidase (PPO)
Enzim polifenol oksidase atau fenolase terdiri dari 2
tipe enzim, yaitu odifenol dan p-difenol.
PPO termasuk dalam golongan enzim oksidoreduktase dengan kode EC (1.14.18.1).
Angka pertama, 1, menunjukkan golongan oksidoreduktase, angka kedua, 14,
berperan pada pasangan donor dengan cara inkorporasi oksigen ke dalam salah
satu donor (hidroksilase), angka ketiga, 18, dengan oksigen sebagai donor dan
angka keempat, 1, dengan NAD dan NADP sebagai akseptor. Enzim polifenol oksidase
dihasilkan dari reaksi antara L-tyrosine, L-dopa, dan O2 menjadi
L-dopa, dopaquinone, dan H2O.
PPO adalah enzim oksidatif
golongan protein yang mengandung logam tembaga yang secara merata tersebar luas
di dalam tanaman. Lepasnya logam tersebut menyebabkan denaturasi enzim secara reversible
bila kondisi kembali normal. Enzim ini dapat mengkatalis reaksi pencoklatan
dan menimbulkan pengaruh terhadap karakteristik sensory dan nilai gizi
pada sebagian besar produk hasil pertanian, serta memiliki kaitan erat dengan
pencoklatan enzimatis pada beberapa jaringan tanaman.
Pencoklatan
enzimatis dapat terjadi karena adanya jaringan tanaman yang terluka, misalnya
pemotongan, penyikatan, dan perlakuan lain yang dapat mengakibatkan kerusakan
integritas jaringan tanaman (Cheng & Crisosto 1995). Adanya kerusakan
jaringan seringkali mengakibatkan enzim kontak dengan substrat. Enzim yang bertanggung jawab dalam reaksi
pencoklatan enzimatis adalah oksidase yang disebut Polifenol Oksidase (PPO). Substrat
untuk PPO dalam tanaman biasanya asam amino tirosin dan komponen polifenolik
seperti katekin, asam kafeat, pirokatekol/katekol dan asam klorogenat . Tirosin
yang merupakan monofenol, pertama kali dihidroksilasi menjadi
3,4-dihidroksifenilalanin dan kemudian dioksidasi menjadi quinon yang akan
membentuk warna coklat.
Pencoklatan
(browning) merupakan proses pembentukan pigmen berwarna kuning yang akan segera
berubah menjadi coklat gelap (Rahmawati 2008). Pembentukan warna coklat ini dipicu
oleh reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim fenol oksidase atau polifenol
oksidase. Kedua enzim ini dapat mengkatalis oksidasi senyawa fenol menjadi
quinon dan kemudian dipolimerasi menjadi pigmen melaniadin yang berwarna coklat
(Mardiah 1996). Bahan pangan tertentu, seperti pada sayur dan buah, senyawa
fenol dan kelompok enzim oksidase tersebut tersedia secara alami. Oleh karena
itu pencoklatan yang terjadi disebut juga reaksi pencoklatan enzimatis.
Enzim
yang bertanggung jawab dalam reaksi pencoklatan enzimatis adalah oksidase yangdisebut
fenolase, fenoloksidase, tirosinase, polifenolase atau katekolase. Dalam
tanaman, enzim ini lebih sering dikenal dengan polifenol oksidase (PPO).
Substrat untuk PPO dalam tanaman biasanya asam amino tirosin dan komponen
polifenolik seperti katekin, asam kafeat, pirokatekol atau katekol dan asam
klorogenat. Penggunaan vitamin C dapat mereduksi kembali quinon berwarna hasil
oksidasi (o-quinon) menjadi senyawa fenolat (o-difenol) tak berwarna. Asam
askorbat selanjutnya dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Ketika vitamin C
habis, komponen berwarna akan terbentuk sebagai hasil reaksi polimerisasi dan menjadi
produk antara yang irreversibel. Jadi produk berwama hanya akan terjadi jika vitamin
C yang ada habis dioksidasi dan quinon terpolimerisasi.
Metode penggunaan
asam sebagai penghambat pencoklatan enzimatis ini didasarkan pada pengaruh pH
terhadap enzim polifenolase. pH optimum enzim ini berkisar antara 4,0-7,0 dan
aktivitas terkecil pada pH dibawah 3,0. Perubahan warna yang tidak diinginkan
akibat browning dapat diatasi dengan perlakuan perendaman dalam asam
askorbat. Menurut Winarno (1997), asam askorbat merupakan reduktor yang kuat
dan mampu bertindak sebagai oksigen scavenger, sehingga akan mencegah
terjadinya oksidasi enzimatis senyawa-senyawa fenol yang terkandung dalam
kentang. Penggunaan asam mampu menginaktivasi enzim, karena pH bahan akan
diturunkan hingga dibawah 5.
Penambahan asam
askorbat dengan tujuan untuk menurunkan pH sampai 3,0 atau dibawahnya akan
dapat mempertahankan perubahan warna sebab pH optimal enzim fenolase adalah
6,5. Logam seperti besi dan tembaga dapat diikat oleh asam askorbat,
logam-logam ini merupakan katalisator oksidasi yang dapat menyebabkan perubahan
warna yang tidak diinginkan. Fenol yang terdapat
dalam kentang akan dioksidasi oleh PPO menjadi katekol, yang kemudian menjadi
kinon. Setelah melalui kondensasi membentuk senyawa berwarna coklat. PPO juga mengubah
pirogalol menjadi purpurogalin yang berwarna coklat. Penambahan vitamin C dapat
menghambat oksidasi fenol oleh PPO.
PEMBAHASAN
1. Laktat Dehidrogenase dalam Ragi
Pada Uji Laktat
Dehidrogenase, metilen blue akan bertindak sebagai akseptor hydrogen, sodium
laktat sebagai donor hidrogen sedangkan enzim laktat dehidrogenase akan
membantu proses pengambilan atom hidrogen dari senyawa donor (sodium laktat) ke
senyawa penerima (metilen blue). Enzim laktat dehidrogenase yang berasal dari
ragi akan membantu perpindahan atom hidrogen dari sodium laktat ke metilen
blue. Atom hydrogen akan mereduksi metilen blue sehingga pada tabung I yang
telah diberi sodium laktat warna yang akan dihasilkan akan lebih pucat.
Sedangkan pada tabung II yang tanpa pemberian metilen blue warna yang
dihasilkan akan lebih tua karena pada tabung tersebut tidak ada substrat sodium
laktat, sehingga metilen blue tidak bisa mereduksi karena tidak ada pemberian
donor hidrogen.
2.
Uji Schardinger
Test ini
umumnya digunakan untuk membedakan susu segar dan susu yang telah dipsteurisasi.
Susu segar mengandung beberapa enzim, diantaranya yaitu katalase, dehidrogenasedan
peroksidase. Bila susu dipasteurisasi, enzim-enzim tersebut menjadi rusak.Test
ini berdasarkan reduksi metilen blue oleh enzim dehidrogenase pembentuk
leukometilen biru (MbH2) yang tidak berwarna. Hidrogen yang
diperoleh dari formaldehid digunakan untuk mereduksi. Atom H yang terjadi oleh
enzimnya segera diikat pada oksigen atau atom H diikat oleh akseptor
birumetilen (Mb), maka terjadilah air atau leukometilen biru yang tidak
berwarna.
Hanya susu murni (yang tidak dipanaskan) akan
memberikan hasil positif terhadap reaksi tersebut (karena enzim dehidrogenase nya
belum rusak) dan terjadi perubahan warna terbentuk warna biru pucat hampir
putih. Ini disebabkan karena adanya enzime dehidrogenase yang masih aktif pada
susu murni sehingga pada saat pemanasan dapat
mereduksi metilen biru (warna biru berubah menjadi putih). Oleh karena itu,
pada tabung susu segar, didapatkan hasil larutan berwarna biru pucat (
mendekati putih ) karena mungkin masih ada sedikit metilen yang tidak tereduksi.
Enzim dehidrogenasi yang terdapat dalam susu segar mengkatalis perlepasan H
dari formaldehid, atom yang dibebaskan akan bereaksi dengan metilen blue
membentuk leuko metilen blue.
Pada susu pasteurisasi, enzim dehidrogenase telah
rusak sehingga tidak dapat mereduksi birumetilen dan warna larutan tetap biru.
Ini disebabkan karena adanya pemanasan pada susu segar yang dapat merusak enzim
dehidrogenase yang ada dalam susu segar yang dapat mereduksi metilen blue,
sehingga pada saat pemberian metilen blue dan pemanasan warna biru akan tetap
tidak berunah karena tidak dapat tereduksi enzime dehidrogenase. pada susu yang
telah dipanaskan sampai 70oC (pasteurized milk) enzim tidak aktif.
3.
Uji Oksidasi dan Pengaruh Vitamin C dalam Buah Apel, kentang dan Pisang
Praktikum uji oksidase dalam ini bertujuan
untuk mengetahui proses oksidase senyawa fenol
oleh enzim polifenol oksidase (PPO) dan juga untuk memperlihatkan efek
pemberian antioksidan dan berupa
vitamin C terhadap oksidasi fenol oleh enzim PPO apel,kentang dan pisang.
Pada tabung 1 dimasukkan larutan vitamin C dan Fenol
pada ekstrak apel, kentang, dan pisang. Perubahan warna yang terbentuk putih keruh sampai agak kekuningan. Hal ini dikarenakan
fungsi larutan vitamin C adalah untuk
menghambat terjadinya oksidasi fenol oleh
enzim PPO dengan caravitamin C akan
mendonorkan satu elektron kepada radikal bebas pada ekstrak membentuk semi dehidroaskorbat
yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi disproporsionasi
membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil. Dehidroaskorbat akan
terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat. Dengan demikian maka
tabung 1 tidak terjadi perubahan warna ( putih keruh sampai agak kekuningan ).
Pada tabung 2 dimasukkan larutan Vitamin E dan Fenol pada ekstrak apel, kentang, dan pisang. Perubahan warna yang
terjadi menjadi putih keruh
sampai coklat
susu. Hal ini karenakan adanya
vitamin E yang di tambahakan pada tabung 2
sebagai antioksidan dan mencegah terjadinya
oksidasi dengan cara memutus
berbagai reaksi rantai radikal bebas dalam ekstrak tersebut,karena kemampuannya
memindahkan atau menyumbangkan hidrogen fenolat kepada radikal bebas yang
teroksidasi, sehingga radikal bebas menjadi tidak reaktif. Adanya hidrogen yang
disumbangkan kepada radikal bebas ekstrak tersebut, tokoferol sendiri menjadi
suatu radikal, tetapi lebih stabil karena elektron yang tidak berpasangan pada atom oksigen mengalami delokalisasi ke dalam struktur cincin
aromatik.
Radikal
bebas fenoksi yang terbentuk dapat bereaksi dengan vitamin C untuk menghasilkan
kembali tokoferol atau bereaksi dengan radikal bebas berikutnya sehingga cincin
kromana serta rantai samping dioksida menjadi produk bukan radikal bebas. Namun vitamin E daya
antioksidannya tidak sekuat vitamin C, sehingga warna pada tabung 2 berwarna
lebih coklat dari tabung 1.
Pada tabung 3 dimasukkan larutan fenol
pada ekstrak apel, kentang, dan pisang. Terjadi perubahan warna menjadi coklat jernih sampai putih kekeruhan. Pembentukan warna coklat ini dikarenakan
oleh reaksi oksidasi yang dikatalisis
oleh enzim fenol oksidase atau polifenol oksidase ( PPO ).Kedua enzim ini dapat
mengkatalis oksidasi senyawa fenol menjadi quinon dan kemudian dipolimerasi
menjadi pigmen melaniadin yang berwarna coklat. Oleh karena itu pada tabung 3 terjadi perubahan warna menjadi coklat
jernih sampai putih kekeruhan.
4.
Uji Sifat Antioksidan Vitamin C terhadap Gugus Fenol
Uji ini bertujuan untuk menguji proses oksidasi senyawa fenol oleh polifenol
oksidase (PPO) di dalam kentang, dan pisang serta menguji efek antioksidan
vitamin C terhadap oksidasi fenol oleh PPO.
Pada tabung
1, diberi ekstrak kentang dan pisang lalu ditambahkan larutan asam askorbat.
Pada tabung buah pisang, terdapat warna kuning pucat. Pada tabung buah kentang
berwarna kuning. Ini disebabkan karena adanya larutan asam askorbat yang
berfungsi sebagai antioksidan, dengan cara vitamin C menyumbangkan
satu atau lebih electron kepada radikal bebas yang terdapat dalam buah,
sehingga radikal bebas tersebut dapat dikurangi sehingga tidak ada
radikal bebas yang aktif yang dapat merubah warna menjadi coklat tua.
Pada tabung
2, diberi ekstrak kentang dan pisang lalu ditambahkan air suling. Pada tabung pisang terdapat warna kuning
kecoklatan dengan larutan agak keruh dan pada tabung kentang terjadi perubahan
warna menjadi coklat. Ini disebabkan karena senyawa yang terdapat dalam buah pisang
dan kentang mudah teroksidasi berubah menjadi warna coklat. Radikal bebas yang
ada dalam buah akan terus aktif dan teroksidasi oleh udara dan mengubah warna
menjadi coklat.
5. Uji Sifat
Reduksi Vitamin C terhadap Reagen Benedict
Pereaksi benedict berupa larutan yang
mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat
mereduksi ion Cu++ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang
kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium
sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk
dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata.
Pada tabung 1, diberi reagen
benedict dan larutan vitamin C.
Lalu dipanaskan. Dan terjadi perubahan warna menjadi endapan merah bata.Hal ini
dikarenakan Vitamin C merupakan reduktor kuat dengan
adanya gugus enadiol sehingga mampu mereduksi ion Cu2+ dari pereaksi benedict
menjadi ion Cu+ dengan membentuk endapan Cu2O yang berwarna hijau kekuningan,
kuning atau merah bata.
Pada tabung 2, diberi
reagen benedict dan larutan glukosa. Lalu dipanaskan. Dan terjadi terjadi
perubahan warna menjadi warna merah hati. Hal ini dikarenakan, Uji benedict ini
melibatkan proses oksidasi dan reduksi sebagai prinsip dasar pengujian
benedict. Pada dasar pengujian dapat mengindikasikan adanya gula pereduksi.
Terjadi reduksi Cu2+ menjadi Cu+, proses reduksi
dilakukan oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas .
reduksi ini menghasilkan suatu endapan kupro oksida (Cu2O) yang memiliki
warna merah.
Dalam larutan vitamin C mudah rusak karena
oksidasi dari udara, tetapi lebih stabil bila terdapat dalam bentuk kristal
kering. Jika vitamin C dilarutkan dengan asam askorbat dan pereaksi Benedict
menghasilkan warna merah bata yang menunjukkan bahan asam askorbat mengandung
vitamin C. Vitamin
C mudah dioksidasi terutama bila di panaskan. Dimana proses oksidasi akan
dipercepat dengan adanya tembaga, oksigen dan alkali.
KESIMPULAN
·
Beberapa vitamin memiliki
aktivitas antioksidan antara lain: vitamin c dan vitamin E, namun daya
antioksidan lebih besar pada vitamin C
- Vitamin C merupakan reduktor kuat karena adanya gugus enadiol sehingga dapat menghambat proses oksidasi.
- Enzim laktat dehidrogenase yang berasal dari ragi akan membantu perpindahan atom hydrogen dari sodium laktat ke metilen blue. Tanpa pemberian metilen blue warna yang dihasilkan akan lebih tua karena pada tabung tersebut tidak ada substrat sodium laktat, sehingga metilen blue tidak bisa mereduksi karena tidak ada pemberian donor hydrogen.
·
Pada Uji Schadinger, susu segar dapat mereduksi metilen blue
daripada susu pasteurisasi karena enzim laktat dehidrogenasenya belum rusak
- Vitamin C dapat mereduksi ion Cu2+ dari pereaksi benedict menjadi ion Cu+ dengan membentuk endapan Cu2O yang berwarna hijau kekuningan, kuning atau merah bata.
- Vitamin C dapat menghambat terjadinya oksidasi fenol oleh enzim PPO dalam kentang, apel, dan pisang
No comments:
Post a Comment