DASAR TEORI
Aspirin adalah turunan asam
karboksilat yang dapat disintesis dari asam salisilat dan anhidrida asetat.
Reaksinya disebut esterifikasi fenol, yang sebagai fenol adalah asam salisilat
sedangkan yang sebagai turunan asam karboksilat adalah anhidrida asetat.
Esterifikasi
fenol tidak melibatkan pemecahan ikatan C-O dari fenol, tetapi tergantung pada
pemecahan ikatan O-H. Meskipun asam karboksilat dapat digunakan untuk
esterifikasi fenol, tetapi hasilnya sedikit. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
banyak, digunakan turunan asam karboksilat. Misalnya anhidrida asetat yang
bersifat lebih reaktif dibanding asam asetat.
Asam salisilat digunakan untuk
mensintesis asam asetilsalisilat, yang lazim disebut aspirin. Aspirin dibuat
dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan
katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam
salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH.
Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda.
Dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan dengan
metanol akan menghasilkan metil salisilat.
Untuk menguji
kemurnian aspirin bisa menggunakan FeCl3. FeCl3 bereaksi
dengan gugus OH¯ membentuk kompleks ungu (larutan berwarna ungu). Jika tidak
terjadi perubahan warna pada test FeCl3 hal itu berarti asam
salisilat telah bereaksi semua menjadi asam asetil salisilat
Sejarah Perkembangan Aspirin
Awal mula penggunaan Aspirin sebagai
obat diprakarsai oleh Hippocrates yang menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai
penyakit. Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa
asam asetilsalisilat yang dikenal saat ini. Aspirin adalah obat pertama yang
dipasarkan dalam bentuk tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer). Dalam menyambut Piala Dunia FIFA 2006 di Jerman, replika
tablet Aspirin raksasa dipajang di Berlin sebagai bagian dari pameran terbuka Deutschland, Land
der Ideen ("Jerman, negeri berbagai ide")
Senyawa alami dari tumbuhan yang digunakan sebagai obat ini telah ada sejak
awal mula peradaban manusia. Di mulai pada peradaban Mesir kuno, bangsa
tersebut telah menggunakan suatu senyawa yang berasal dari daun willow untuk menekan rasa sakit.
Pada era yang sama, bangsa Sumeria juga telah menggunakan senyawa yang serupa untuk
mengatasi berbagai jenis penyakit. Hal ini tercatat dalam ukiran-ukiran pada
bebatuan di daerah tersebut. Barulah pada tahun 400 SM, filsafat Hippocrates
menggunakannya sebagai tanaman obat yang kemudian segera tersebar luas.
Reverend Edward Stone
dari Chipping Norton, Inggris, merupakan orang pertama yang mempublikasikan
penggunaan medis dari Aspirin. Pada tahun 1763, ia telah berhasil
melakukan pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit dengan menggunakan
senyawa tersebut. Pada tahun 1826, peneliti berkebangsaan Italia, Brugnatelli
dan Fontana,
melakukan uji coba terhadap penggunaan suatu senyawa dari daun willow sebagai
agen medis. Dua tahun berselang, pada tahun 1828, seorang ahli
farmasi Jerman,
Buchner, berhasil mengisolasi senyawa tersebut dan diberi nama salicin
yang berasal dari bahasa latin willow, yaitu salix. Senyawa ini
memiliki aktivitas antipiretik yang mampu menyembuhkan demam. Penelitian
mengenai senyawa ini berlanjut hingga pada tahun 1830 ketika seorang
ilmuwan Perancis
bernama Leroux berhasil mengkristalkan salicin. Penelitian ini kemudian
dilanjutkan oleh ahli farmasi Jerman bernama Merck pada tahun 1833. Sebagai hasil
penelitiannya, ia berhasil mendapatkan kristal senyawa salicin dalam kondisi
yang sangat murni. Senyawa asam salisilat sendiri baru ditemukan pada tahun
1839 oleh Raffaele Piria dengan rumus empiris C7H6O3.
Bayer meupakan perusahaan pertama yang berhasil menciptakan senyawa
Aspirin (asam asetilsalisilat). Ide untuk memodifikasi senyawa asam salisilat
dilatarbelakangi oleh banyaknya efek negatif dari senyawa ini. Pada tahun 1945, Arthur Eichengrun
dari perusahaan Bayer mengemukakan idenya untuk menambahkan gugus asetil dari senyawa asam salisilat
untuk mengurangi efek negatif sekaligus meningkatkan efisiensi dan toleransinya.
Pada tahun 1897, Felix
Hoffmann berhasil melanjutkan gagasan tersebut dan menciptakan senyawa asam
asetilsalisilat yang kemudian umum dikenal dengan istilah Aspirin.
No comments:
Post a Comment