Kampus hijau sebuah istilah yang telah lama
didengung-dengungkan untuk menjaga dan merawat bumi ini agar tetap pada
fungsinya atau bisa disebut, jauh dari kata populasi.
Berbagai gagasan dan ide,
disampaikan untuk menunjang terciptanya suatu kampus yang ramah lingkungan.
Ubaya pun tidak mau kalah dengan berita ini, Ubaya mulai merintis terciptanya
lingkungan kampus yang hijau.
Ubaya sendiri banyak melakukan usaha untuk
menciptakan kampus yang hijau tersebut, salah satunya dengan membentuk divisi
PSET, kantin keluwih yang memiliki fitur daur ulang sampah untuk dijadikan
pupuk kompos, dan ruang terbuka hijau yang banyak.
Untuk membentuk suatu kampus
yang hijau tentu tidaklah mudah, perlu kreatifitas yang baru dan kerjasama
seluruh pihak untuk mewujudkannya.
Hal-hal yang dapat menciptakan suatu kampus
hijau adalah efisiensi energi, efisiensi kertas, efisiensi polusi, dan
efisiensi air.
Efisiensi energi di Ubaya, bisa dimulai dengan memanfaatkan teknologi Solar Cell.
Mengapa ide ini muncul, dari sisi iklim dan cuaca Ubaya terletak di kota Surabaya yang berada di ketinggian rendah diatas permukaan laut.
Menurut alasan ini, distribusi panas yang terjadi di kota Surabaya sangatlah tinggi, energi matahari yang melimpah ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk diubah ke energi listrik.
Tentu, tidak secara langsung diterapkan di semua gedung di Ubaya, sebagai percobaan di gunakan gedung PSET untuk melihat keberhasilan metode ini.
Efisiensi energi sangatlah penting untuk dilaksanakan, karena bahan bakar fosil yang sehari-hari kita gunakan termasuk sumber daya yang tidak bisa diperbaharui, jadi lambat laun sumber energi ini akan habis di makan zaman.
Apabila teknologi Solar Cell berhasil di terapkan di lingkungan kampus, Ubaya bisa mensosialisasikannya kepada penduduk setempat, misal penduduk di Kaliwaru.
Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat wajib dilakukan untuk mewujudkan asas Ti Dharma Pendidikan.
Tidak hanya Solar Cell yang perlu dicoba untuk menciptakan energi terbarukan
yang ramah lingkungan.
Apabila Ubaya memang berniat menjadi kampus yang hijau,
mungkin bisa merintis untuk menciptakan Bio-fuel.
Bio-fuel beberapa tahun yang lalu sempat menjadi headline di beberapa koran
nasional, tetapi saat ini seolah berita tentang Biofuellenyap tak berbekas.
Wacana efisiensi energi dari Solar Cell dan Bio-fuel perlu dicoba untuk memberikan solusi energi terbarukan
yang ramah lingkungan kepada para masyarakat.
Efisiensi energi identik dengan efisiensi
listrik pula, penghematan listrik pasti berpengaruh besar pada jumlah energi
yang dikeluarkan. Solusi untuk menggunakan listrik secara hemat, bisa dilakukan
dengan cara-cara seperti ini:
Menggunakan
rangkaian listrik paralel dikelas, rangkaian paralel akan lebih menghemat
listrik apabila debandingkan dengan rangkaian seri.
Pada satu
kantor, untuk efisiensi listrik bisa digunakan hanya satu printer, misal pada
kantor PIOLK , dengan adanya 6 karyawan di kantor tersebut hanya ada 1 printer
yang bisa digunakan.
Penggunaan kertas di lingkungan kampus sudah
menjadikan kebutuhan yang tak tergantikan, semuanya perlu kertas,kertas, dan
kertas.
Untuk menciptakan kampus tanpa menggunakan kertas, tentunya saat ini
sangatlah sulit.
Salah satu cara untuk efisiensi penggunaan kertas yaitu
membuat sebuah karya dari kertas-kertas bekas.
Kertas bekas tentunya sangat
melimpah, karya yang bisa kita lakukan yaitu:
Membuat
patung untuk memperingati hari besar nasional dan internasional, misal hari
kemerdekan RI, kita bisa membentuk patung garuda dari kertas. Contoh lain, pada
hari HIV/AIDS kita bisa membentuk sebuah rangkaian tulisan yang tersusun di
kain putih lalu kita bentangkan di perpustakaan dengan tujuan mengkampanyekan
bahayanya HIV/AIDS bagi masyarakat lingkungan kampus. Dibentuk sebuah lukisan kertas yang akan di tempel di ruangan kuliah.
Air merupakan sebuah kebutuhan primer yang
sulit tergantikan, tubuh manusia lebih dari 80% komposisi tubuhnya merupakan
cairan.
Manusia apabila kekurangan air akan menderita dehidrasi, begitu pula
hewan, dan tumbuhan akan mati bila tanpa mengkonsumsi air.
Kampus Ubaya memiliki ruang terbuka hijau yang
sangat banyak, dari sini bisa diasumsikan kebutuhan air untuk menjaga tumbuhan
agar tetap hidup tentunya disiram hampir setiap hari.
Apabila menggunakan air
PDAM, tentunya akan menciptakan suatu nilai yang besar bagi tagihan air.
Alangkah lebih baiknya tidak tergantung sepenuhnya dengan air PDAM, solusinya
yaitu menciptakan suatu teknologi air bawah tanah yang berasal dari air hujan.
Bawah tanah bisa dijadikan semacam dempo penyimpanan air yang meruah, air yang
ditadah dari air hujan ini ditujukan untuk menyirami tumbuh-tumbuhan agar tetap
hidup dan asri tanpa menggunakan kelimpahan air dari PDAM.
Selain membentuk
dempo penyimpanan air bawah tanah, untuk efisiensi air bisa digunakan air dari
sungai ubaya yang biasanya meluber dikala hujan.
Air sungai tersebut bisa
disedot menggunakan sebuah mesin untuk digunakan menyirami tumbuh-tumbuhan.
Mahasiswa tentunya akan semakin bersemangat berlama-lama di kampus dan
“nongkrong” di gazebo karena kampus terasa nyaman dan damai dengan adanya
pepohonan yang hijau dan rindang.
Menciptakan sebuah kampus hijau tentu tidak
semudah membalikkan tangan, perlu adanya kerjasama dari seluruh masyarakat
kampus.
Dimulai dengan sedikit demi sedikit tapi berlanjut sehingga dapat
menunjukkan sebuah hasil dan dapat di evaluasi.
Merupakan sebuah kebanggan
warga kampus apabila memiliki lingkungan kampus yang menjadi percontohan bagi
kampus yang lain, dan tentunya menjaga bumi agar tetap hijau.