Friday 12 July 2013

TEKNOLOGI OBAT HERBAL I


A.  PENDAHULUAN
Tujuan :
· Memahami cara melakukan ekstraksi dengan metode perkolasi.
· Memahami tentang pengaruh waktu ekstraksi daun teh terhadap kadar kafein yang  ditetapkan secara KLT-Densitometri.
· Memahami cara melakukan ekstraksi dengan metode ultrasonik serta membandingkan kromatogram dari ekstrak secara kualitatif.

            Praktek Ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi
Antara lain : Tipe persiapan sampel, Waktu ekstraksi, Kuantitas pelarut, Suhu pelarut dan Tipe pelarut.
   Pada praktikum ini ekstraksi dilakukan dengan Metode Perkolasi. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia di tempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan perkolat yang sudah tidak berwarna.

            Pengujian Pengaruh waktu Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom. Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium, karena cara ini khas dan mudah dilakukan untuk pelarut dan cuplikan yang jumlahnya sedikit,. Selain itu penggunaannya yang relatif cepat serta harga alat yang tidak terlalu mahal merupakan kelebihan metode ini.
            Adapun prinsip kerjanya yaitu memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT.

Praktek Ekstraksi Ultrasonik. Metode ekstraksi ultrasonik adalah metode yang menggunakan gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Gelombang ultrasonik ini dihasilkan oleh transmitter ultrasonic magnetostrictive atau plezoelectric. Beberapa keunggulan pada panggunaan teknologi ultrasonik dalam aplikasinya antara lain prosesnya yang cepat, mudah, tidak memerlukan biaya tinggi, tidak membutuhkan penambahan bahan kimia dan bahan tambahan lain, tidak menyebabkan perubahan yang signifikan pada struktur kimia, partikel, dan senyawa-senyawa bahan yang digunakan, serta dapar meningkatkan kualitas ekstraksi.
   Penggunaan ultrasonik pada dasarnya menggunakan menggunakan prinsip dasar yaitu dengan mengamati sifat akustik gelombang ultrasonik yang dirambatkan melalui medium yang dilewati. Pada saat gelombang merambat, medium yang dilewatinya akan mengalami getaran. Getaran akan memberikan pengadukan yang intensif terhadap proses ekstraksi. Pengadukan akan meningkatkan kemampuan penetrasi pelarut ke dalam sel bahan sehingga meningkatkan proses ektraksi. Dengan adanya gelombang ultrasonik juga meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulan gelembung spontan (cavitation) sebagai stres dinamik serta menimbulkan fraksi interfase. Cara kerja metode ultrasonik dalam mengekstraksi adalah sebagai berikut : gelombang ultrasonik terbentuk dari pembangkitan ultrason secara lokal dari kavitasi mikro pada sekeliling bahan yang akan diekstraksi sehingga terjadi pemanasan pada bahan tersebut, sehingga melepaskan senyawa ekstrak. Terdapat efek ganda yang dihasilkan, yaitu pengacauan dinding sel sehingga membebaskan kandungan senyawa yang ada di dalamnya dan pemanasan lokal pada cairan dan meningkatkan difusi ekstrak. Energi kinetik dilewatkan ke seluruh bagian cairan, diikuti dengan munculnya gelembung kavitasi pada dinding atau permukaan sehingga meningkatkan transfer massa antara permukaan padat-cair. Hal-hal yang mempengaruhi kemampuan ultrasonik untuk menimbulkan efek kavitasi antara lain karakteristik ultrasonik seperti frekuensi getaran, intensitas getaran, kapasitas alat, proses ultrasonik dan kondisi sekitar seperti suhu dan tekanan. Selanjutnya efek mekanik yang ditimbulkan adalah meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding membran sel, mendukung pelepasan komponen sel, dan meningkatkan transfer massa (Keil, 2007). Liu et al. (2010), menyatakan bahwa kavitasi ultrasonik menghasilkan daya patah yang akan memecah dinding sel secara mekanis dan meningkatkan transfer material.

B.METODE PRAKTIKUM
Alat :
Perkolator, Kapas, Botol penampung, Spektrofotometri, Timabangan Analitik, Pipet Volume, Pipet Filler, Corong  Pisah, Lempeng Klt Silica Gel 60 F254, Kertas Saring, Waterbath, Vial, KLT chamber, Peralatan ekstraksi ultrasonic, dan Alat-Alat Gelas Lain  (Beaker Glass, Pengaduk Gelas, Corong Gelas, Labu Ukur).

Bahan :
Rimpang Temulawak, Etanol 96%, Daun Teh, Pembanding Kafein, Kalsium Karbonat,  Kloroform, Toluen,  Etil Asetat, Dietil Amin, Pereaksi Dragendorf, Rimpang Kunyit, Benzena, Naoh 5%.




C.     HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
1.      Ekstraksi dengan Metode Perkolasi.
       Bahan yang digunakan: Rimpang temulawak, Etanol 96% sebagai menstrum
        Hasil :
     - Volume : 200ml
     - Warna : Coklat kekuningan
     - Larutan tampak jernih
Pada praktikum ini simplisia yang digunakan adalah rimpang kunyit dengan menggunakan cairan penyari etanol  96%. Pertama-tama serbuk simplisia dibasahi dengan etanol 96 % sampai serbuk simplisia terbasahi semua. Tujuan pembasahan serbuk simplisia adalah agar serbuk simplisia yang mau di ekstraksi tidak mengalami pembengkakkan sel secara tiba-tiba di dalam alat perkolator (dapat menyebabkan menstrum sulit mengalir), menjaga keseragaman kelembapan simplisia sehingga mencegah pembentukan saluran-saluran, meningkatkan porositas dinding sel sehingga meningkatkan  difusi substansi terekstraksi dari sel ke dalam menstrum atau penembusan sel oleh menstrum.
            Selanjutnya Perkolator yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan diberi kapas yang dibasahi etanol pada bagian bawah perkolator agar serbuk simplisia tidak keluar melalui bagian bawah perkolator. Jika ada serbuk simplisia yang keluar maka akan menyebabkan perkolat menjadi keruh. Serbuk simplisia yang telah terbasahi semua dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator yang telah disiapkan, sambil ditambahkan etanol 96%, kemudian letakkan kertas saring di atas serbuk simplisia. Kertas saring berfungsi agar pada saat penambahan menstrum, serbuk simplisia tidak bertebaran ke dinding perkolator. Setelah itu ditambahkan menstrum etanol 96% secara perlahan-lahan melewati dinding perkolator sampai tinggi menstrum 1 – 1,5 cm di atas simplisia. Kemudian perkolator ditutup dengan aluminium foil untuk mencegah etanol menguap. Setelah itu ditunggu  selama 30 menit untuk memberikan waktu simplisia berdifusi ke dalam menstrum. Perkolat diteteskan dengan kecepatan 1tetes/detik sampai diperoleh volume 200 ml (sambil dijaga menstrum selalu berada di atas simplisia). Dari hasil praktikum kami, perkolat yang didapatkan jernih dan berwarna coklat kekuningan.





1.    Pengujian Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak
ü   Perhitungan Kadar Kafein
     Kadar kafein = 10 mg / 10 ml
= 10 mg / 0.01 L
= 1000 mg / L
= 1000 bpj
ü   Perhitungan pengenceran Kafein
-  1 ml 50 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)
V1 . Kadar = V2 . Kadar
1 ml . 50 bpj = x . 1000 bpj
X = 0.05ml = 50 µL
(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 950 µL)
-  1 ml 100 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)
V1 . Kadar = V2 . Kadar
1 ml . 100 bpj = x . 1000 bpj
X = 0.1ml = 100 µL
(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 900 µL)
-  1 ml 200 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)
V1 . Kadar = V2 . Kadar
1 ml . 200 bpj = x . 1000 bpj
X = 0.2ml = 200 µL
(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 800 µL)
-  1 ml 300 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)
V1 . Kadar = V2 . Kadar
1 ml . 300 bpj = x . 1000 bpj
X = 0.3ml = 300 µL
(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 700 µL)
-  1 ml 400 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)
V1 . Kadar = V2 . Kadar
1 ml . 400 bpj = x . 1000 bpj
X = 0.4ml = 400 µL
(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 600 µL)
-  1 ml 500 bpj diambil dari x µL (1000 bpj)
V1 . Kadar = V2 . Kadar
1 ml . 500 bpj = x . 1000 bpj
                                                                                                  X = 0.5ml = 500 µL          
(Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 500 µL)

ü   Bobot kafein  = 10.7 mg
     Kadar Kafein  = 10.7 mg / 10 ml
= 10.7 mg / 0.01 L
= 1070 mg / L = 1070 bpj

ü   Perhitungan Kafein ( yang dipakai )
-  Kadar Kafein 50 bpj
50µL . 1070 bpj = 1000 µL . x bpj
X = 53.5 bpj
-  Kadar Kafein 100 bpj
100µL . 1070 bpj = 1000 µL . x bpj
X = 107 bpj
-  Kadar Kafein 200 bpj
200µL . 1070 bpj = 1000 µL . x bpj
X = 214 bpj
-  Kadar Kafein 300 bpj
300µL . 1070 bpj = 1000 µL . x bpj
X = 321 bpj
-  Kadar Kafein 400 bpj
400µL . 1070 bpj = 1000 µL . x bpj
X = 428 bp



I.     Bobot serbuk daun teh penimbangan awal
A.  ( 5 menit ) = 1.0346 g = 1034.6 mg
B.   (10 menit) = 1.0405 g = 1040.5 mg
C.  (15 menit) = 1.0106 g = 1010.6 mg

II.   Kadar yang diperoleh dari penimbangan awal (bpj)
·      5 menit à 1034.6 mg/50 ml = 1034.6 mg / 50 x 10-3
                                                          = 1034.6 mg / 0.05 L
                                                          = 20692 mg / L
                                                          = 20692 bpj
·      10 menit à 1040.5 mg/50 ml  = 1040.5 mg / 50 x 10-3
                                                          = 1040.5 mg / 0.05 L
                                                          = 20810 mg / L
                                                          = 20810 bpj
·      15 menit à 1010.6 mg/50 ml = 1010.6 mg / 50 x 10-3
                                                          = 1010.6 mg / 0.05 L
                                                          = 20212 mg / L
                                                          = 20212 bpj

III.    
y = a + bx
a = 372.4012195
b = 0.432482334
r = 0.845168901
r2 = 0.714310471
 
Tabel Kadar vs kurva penimbangan Kafein
Kadar (bpj)
Luas area
53.5
359.5
107
417.3
214
536.4
321
498.6
428
536.1








IV.    Kadar Kafein dan hasil Pengamatan

Waktu ekstraksi (sampel)
Luas area (y)
5 menit (A)
77.5
10 menit (B)
111.3
15 menit (C)
88.9
Perhitungan:
A.  Waktu ekstraksi 5 menit
                                                y = a + bx
77.5 = 372.4012195 + 0.432482334 x
-294.9012199 = 0.432482334 x
X = -681.8803826 bpj

B.   Waktu ekstraksi 10 menit
y = a + bx
111.3 = 372.4012195 + 0.432482334 x
-261.1012195 = 0.432482334 x
X = -603.7269014 bpj
C.  Waktu ekstraksi 15 menit
y = a + bx
77.5 = 372.4012195 + 0.432482334 x
-283.5012195 = 0.432482334 x
X = -655.5209245bpj

V.  Kadar Kafein dalam masing-masing sampel
A.       Sampel dengan waktu ekstraksi 5 menit
       Kk  =   Kadar Perhitungan      x 100%
                   Kadar Penimbangan
                   =   -681.8803826 bpj         x 100%
                                  20692
                   = - 3.295381706 %
B.        Sampel dengan waktu ekstraksi 10 menit
       Kk  =   Kadar Perhitungan      x 100%
                   Kadar Penimbangan
                   =      -603.7269014 bpj       x 100%
                                  20810
                   = - 2.901138402 %
C.       Sampel dengan waktu ekstraksi 15 menit
       Kk  =   Kadar Perhitungan      x 100%
                   Kadar Penimbangan
                   =  -655.5209245bpj         x 100%
                                20212
                   = - 3.243226422 %

   Pengaruh waktu ekstraksi dilakukan berdasarkan perbedaan lamanya waktu pemanasan daun teh. Lama ekstraksi berhubungan dengan waktu kontak antara bahan dan pelarut. Semakin lama waktu ekstraksi maka kesempatan untuk bersentuhan antara bahan dan pelarut semakin besar sehingga kelarutan komponen solut dalam larutan akan meningkat. Kestabilan bahan juga mempengaruhi waktu ekstraksi yaitu jika bahan aktif dari suatu simplisia relatif stabil terhadap pemanasan maka tidak akan mempengaruhi waktu ekstraksi. Sebaliknya, jika bahan aktif suatu simplisia tidak stabil terhadap pemanasan maka akan waktu ekstraksi akan mempengaruhi kadar ekstrak (semakin lama waktu pemanasan, kadar ekstrak akan semakin menurun).
             Kafein hasil ekstraksi daun teh bersifat stabil terhadap pemanasan, sehingga semakin lama ekstraksi maka kadarnya akan tetap (konstan) dan bahkan cenderung naik. Percobaan dilakukan dengan pemanasan pelarutan daun teh ditambah dengan CaCO3 dalam 5 menit, 10 menit dan 15 menit dengan pengadukan konstan untuk meningkatkan hasil ekstraksi. Tujuan penambahan CaCO3 adalah untuk mengeluarkan bahan-bahan yang terkandung dalam teh kering secara keseluruhan (salah satunya adalah kafein yang merupakan alkaloid yang mengandung nitrogen dan memiliki properti basa amina organik). Hal ini mengakibatkan kafein keluar dari teh dan ikut larut dalam air. Sedangkan kandungan teh yang lain seperti pigmen flavanoid dan klorofil yang tidak larut dalam CaCO3 dapat larut dalam air. Pada saat teh dan CaCO3 tercampur dalam satu wadah, kedua zat tersebut tidak menyatu, hal ini dikarenakan CaCO3 adalah senyawa organik sedangkan teh adalah senyawa anorganik. Kemudian larutan didinginkan dan disaring dengan penambahan kloroform pada corong pisah. Tujuan penambahan kloroform adalah untuk mengikat kafein dari larutan agar kafein benar-benar terpisah dari zat-zat lain dalam larutan. Setelah dipisahkan, ditambahkan Natrium Sulfat Eksikatus yang berfungsi untuk menarik air yang masih tertinggal pada larutan fase kloroform agar tidak terjadi kesalahan saat penetapan kadar sampel secara KLT-Densitometri.
            Hasil ekstraksi yang telah di dapat, ditentukan kadarnya dengan metode KLT-densitometri. Pada metode ini, digunakan fase diam yaitu silika gel 60 F254 dan fase geraknya adalah toluene-etil asetat-dietil amin (7:2:1). Dibuat baku primer sebanyak 1000 bpj dan pada silika gel ditotolkan sampel yang akan di hitung kadarnya yaitu pengenceran 50,100,200,300,dan 400 bpj. Silika gel bersifat polar sehingga dipakai pelarut non polar  agar lebih lama berada pada fase gerak dan jarak yang ditempuh merupakan jarak terjauh dari kondisi awal sebelum dielusi. Jarak migrasi senyawa pada plat silika gel tergantung pada polaritasnya. Senyawa yang paling polar bergerak naik dengan jarak paling dekat dari titik awal penotolan, sedangkan senyawa dengan polaritas paling kecil bergerak paling jauh dari titik awal penotolan. Selanjutnya, untuk mengetahui kadar kafein dari hasil ekstraksi maka dianalisis dengan densitometry dengan lamda 276 nm. Data ini digunakan untuk perhitungan kadar kafein dalam masing-masing sampel.
            Pada kelompok kami, hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 5 menit adalah -3,295381706%. Hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 10 menit adalah -2,901138402%. Hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 15 menit adalah -3,243226422%. Hasil yang kami dapatkan ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya konstan atau cenderung naik. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam melakukan prosedur kerja (penimbangan, pengocokan, waktu yang kurang tepat, kesalahan penotolan), pencucian alat, dan kurangnya ketelitian praktikan saat praktikum.





No comments: